yg spesifik dibanding ketrampilan menulis, mencatat dan menghafal yg
nota bene hampir semua yg diingat dalam memori setelah dia lulus,
malahan hilang sama sekali dan diganti dgn selembar ijazah berisi
daftar nilai-nilai test tertulisnya..
padahal realitas adalah hampir 90% yg diajarkan di bangku sekolah
tidak ada gunanya bagi si pelajar setamat dia sekolah..
Kegagalan dunia pendidikan menangkap realitas permasalahan adalah
tercermin dari tingkat daya saing dan tingkat produktifitas yg rendah,
bahkan untuk kawasan asia tenggara lebih rendah lagi dari Vietnam..
Salah satu sebab utama adalah sistem pendidikan duduk 4-5 jam sehari
yg bikin pelajar kita hanya mengimpikan mendapat kursi kerja selepas
dia sekolah maupun kuliah..
Padahal problema utama adalah bahwa rakyat dididik dibangku sekolah
hanya datang, duduk dan mencatat sambil pasang dua telinga menangkap
apa yg diterangkan guru maupun dosen.. Ini yg bikin produktivitas dan
daya saing bangsa ini teramat memprihatinkan.. kita hanya ditempa
untuk betah duduk menghadap guru dan papan tulis...
Hasilnya adalah ketidakmampuan menjalankan rencana, schedule,
rancangan kerja dan program-program lapangan dgn berbagai kegiatan yg
butuh keringat dan tenaga.. juga kelemahan mentality dimana kemalasan
begitu mewabah tersebab sistem duduk yg dikembangkan Departemen
Pendidikan yg dungu!!!...
kemalasan adalah akibat dari tidakadanya aktivitas fisik berkarya dgn
kedua tangannya, tidak adanya karya kreatif, tidak adanya kurikulum
pendidikan aktivitas ketrampilan khusus terkecuali aktivitas duduk,
mencatat, membaca, menulis dan berhitung...
Akibat paling parah adalah bangsa yg gemar korupsi dibelakang meja
sambil sibuk rebutan kursi basah dan berharap mendapat kenaikan
jabatan tanpa perlu peras keringat..
pola mental ini teramat fatalistik, merata dan membudaya dikalangan
pejabat-pejabat kita.. hal ini jelas-jelas adalah tersebab sistem
duduk nongkrong dibelakang meja sambil duduk manis pasang telinga
mendengar kicauan guru dan dosennya...
Birokrat kita tidak mampu menjalankan berbagai program karya nyata,
mereka hanya bisa berwacana, berdiskusi, berdebat dan berorasi tapi
ketika diminta untuk turun tangan langsung mereka akan delegasikan
tugas itu pada bawahan yg juga sama seperti mereka yaitu
bawahan-bawahan nongkrong.. hasilnya manajemen yg impoten dan sibuk
berwacana juga rapat tanpa hasil yg nyata..
maka perlu perobahan revolusioner besar-besaran... Sistem duduk dan
rapalan-rapalan plus test tertulis demi selembar ijazah diganti dgn
sistem keahlian dan ketrampilan khusus berdasar kebutuhan sebuah
wilayah, apa itu perikanan, elektronik, permesinan, informatika,
biotekhnik, pertanian, perkebunan,pertambangan, lingkungan, perkotaan,
sampah, robotika,arkeologi dan sebagainya dimana kita amat sangat
butuh berbagai tenaga ahli dibidang-bidang spesialisasi berbagai bidang..
Dan sekarang yg dibudidayakan dan dikembangbiakkan oleh Departemen
pendidikan yg dungu adalah jutaan ahli-ahli nongkrong, ahli debat,
ahli wacana, ahli janji-janji politik, ahli konsep, ahli teriak-teriak
sep mahasiswa-mahasiswa calon-calon pegawai nongkrong, ahli rengek sep
MPR/DPR merengek-rengek minta kenaikan gaji,tunjangan,bonus dan
termasuk disini ahli hafalan-hafalan bak ensiklopedia berjalan plus
ahli tafsir khayal dan mimpi alias dukun ramal yg laris manis...
IRONI!!!!!
Sang
Bunderan mangga, Indramayu
--- In pakguruonl...@yahoogroups.com, "Patrialis Syah Putra"
MUNGKINKAH?
Setuju sekali Pak Sang !.
Semoga usul dan artikel tersebut akan menjadi bahan pertimbangan bagi
bapak-bapak yang memegang tampuk kekuasaan di negeri ini, dan bagi
para pembuat kebijakan di dinas pendidikan, terutama guru di lapangan
atau di sekolah-sekolah.
Tapi saya malah makin bingung dengan kebijakkan yang diambil oleh
kepala dinas pendidikan sumatera barat, yaitu beliau lebih
mengutamakan siswa-siswa lulus lebih banyak pada UN yang akan datang,
maka kebijakan yang diambilnya adalah mengusulkan biaya yang
bermilyaran rupiah juga untuk belajar tambahan mata pelajaran bhs.
indonesia, bhs. inggris dan matematika. Dengan kebijakan ini berarti
kepala dinas lebih mementingkan angka-angka ketiga mata pelajaran yang
di-UN-kan itu dari pada keterampilan berkarya seperti yang kita maksudkan.
Tampaknya kepala dinas pendidikan sumatera barat juga berprinsip bahwa
naiknya rangking UN secara nasional adalah indikator meningkatnya mutu
pendidikan ???
Wassalam,
Patrialis, S.PB.
Re: PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLA PENDIDIKAN : MUNGKINKAH?
Perobahan Paradigma pendidikan haruslah segera dilakukan..
Saya usulkan perobahan itu adalah perobahan dari sistem duduk manis
dibelakang meja menghadap papan tulis menjadi sistem aktifkreatif dgn
aktivitas kedua tangan mengolah, menempa dan menggiatkan berbagai
ketrampilan yg dibutuhkan saat dia lepas dari dunia pendidikan dan
harus mencari nafkah sendiri..
Perobahan paradigma berikutnya adalah Slogan:
BELAJAR UNTUK MENGETAHUI, MENJADI BELAJAR UNTUK MELAKUKAN ..
Itu artinya pelajar dididik bukan hanya untuk tahu segala hal dan
membenamkan berbagai pengetahuan kedalam milyaran neuron otaknya,
tetapi sebaliknya bagaimana melakukan sesuatu yg menghasilkan karya
nyata dan menambah nilai plus..
Sang
Bunderan Mangga, Indramayu
---------------------------------
Check out the all-new Yahoo! Mail beta - Fire up a more powerful email and get things done faster.
[Non-text portions of this message have been removed]
=====================================================
Pojok Milis FPK:
1.Milis FPK dibuat dan diurus oleh pembaca setia KOMPAS
2.Topik bahasan disarankan bersumber dari KOMPAS dan KOMPAS On-Line (KCM)
3.Moderator berhak mengedit/menolak E-mail sebelum diteruskan ke anggota
4.Kontak moderator E-mail: agushamonan...@yahoo.co.id
5.Untuk bergabung: Forum-Pembaca-Kompas-subscr...@yahoogroups.com
Description : Saya lebih cenderung pada pendidikan ketrampilan dan keahlian khusus yg spesifik dibanding ketrampilan menulis, mencatat dan menghafal yg ...
0 Response to "Paradigma pendidikan duduk nongkrong harus di rubah segera"
Post a Comment