Masalah pendidikan

Sebenarnya ada dua jenis pendidikan yaitu pendidikan
akademis/universitas (biasanya bergelar S1, S2, S3) dan pendidikan
politeknik. Kalau orang berkeinginan untuk "siap pakai" ilmunya
setelah lulus, sebaiknya mengambil lajur politeknik dan bukan
akademis. Masalahnya di Indonesia itu jalur politeknik kurang
diminati (karena gengsinya kurang dan jenjang karirnya tidak sebaik
akademis) jadi orang ramai-ramai memasuki jenjang akademis. Kalau di
tingkat secondary education (SMP/SMU) itu ada jenjang "kejuruan"...
mereka ini memang disiapkan untuk langsung bekerja dan tidak
melanjutkan ke universitas.

Masalahnya orang2 Indonesia itu beramai-ramai memasuki jenjang
akademis dan lalu marah2 setelah lulus ternyata "tidak siap pakai".
Ya salah sendiri mengapa mengambil jalur tersebut? Itu "salah
(mengambil) jurusan" namanya. Ini lebih benar terjadi di bidang
saya/fisika... para alumninya sering "nyindir"... "Wah... persamaan
Schrodingernya tidak terpakai..." Ya salah sendiri... kalau memang
niatannya mau jadi tukang potong lensa kacamata; itu kan ada
sekolahnya sendiri, ngapain belajar Dirac bracket atau operator di
Ruang Hilbert segala macam? Jangan suruh ITB merubah kurikulum...
kurikulum kita secara universal sudah begitu... di Yale, Stanford,
Harvard juga begitu... kalau ITB mau jalan sendiri... wah bisa-bisa
lulusan ITB nggak laku kalau mau melanjutkan/bekerja di lahan
resarch/academic ke tempat2 lain.

Ini juga dulu pernah saya tulis di mailing listnya ITB: betapa
tuntutan supaya dosen2 ITB menyiapkan mahasiswanya untuk "siap
pakai" di dunia professional adalah tuntutan yang tidak fair!
Mengapa? Karena banyak dosen ITB yang tidak/belum pernah berkarya di
dunia profesi (yang bukan akademis). Memang banyak di antara mereka
yang nyambi jadi konsultan, tetapi tidak full time, dan tuntutan
seorang full time professional sangat berbeda dengan sekedar jadi
konsultan (saya pernah jadi tiga-tiganya: academia, consultant, full
time employee, jadi bisa cerita).

Saya terus terang merasa concern dengan upaya dunia akademis di
Indonesia untuk "re-inventing the wheel" atau berinovasi menjauhi
standar yang berlaku secara Internasional; karena menurut saya belum
saatnya dunia akademis Indonesia menuju ke arah itu. Kalau dunia
politeknik mau disesuaikan sehingga sesuai dengan kebutuhan
masyarakat silakan saja... because it is meant to do so... Dunia
akademis Indonesia semestinya malahan "mendekati" standar-standar
yang berlaku di dunia Internasional; dulu waktu baru lulus ITB ada
banyak pemikiran yang saya sangat "applause"... seperti pemikiran
penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, keharusan test
GRE sebagai syarat kelulusan, dsb. Saya ingin sekali ITB bisa
menjadi "Yale" nya Indonesia; dan yang dulu mengganggu saya justru
ada upaya-upaya menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia istilah2
ilmu pengetahuan dan teknik yang sudah baku secara Internasional
(ada yang namanya "bahang" segala macam... entahlah apa artinya)
malah jadi kacau; lha orang istilah2 Biologi saja masih banyak yang
pakai bahasa Latin kok (padahal superpowernya dunia kan sekarang
berbahasa Inggris?). Belumlah kita menuju ke arah itu; mungkin nanti
kalau sudah jadi negara maju seperti AS, dsb... mungkin bisa
dipikirkan.
Title : Masalah pendidikan
Description : Sebenarnya ada dua jenis pendidikan yaitu pendidikan akademis/universitas (biasanya bergelar S1, S2, S3) dan pendidikan politeknik. Kalau or...

0 Response to "Masalah pendidikan"

Post a Comment

Powered by Blogger.